Kamis, 08 Mei 2014

Benih Kelapa Sawit

FISIOLOGI BENIH


Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell) karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
 Karakteristik dari tipe buah kelapa sawit
Tipe
Karakteristik
Cangkang
Cincin Serabut
Genotype
Dura (D)
Tebal
Tidak Ada
Sh Sh
Tenera (T)
Tipis
Ada
Sh sh
Psifera (P)
Tidak ada
Ada
Sh sh

Perkembangan lignifikasi dari cangkang diwariskan secara kuantitatif dan dikendalikan oleh banyak gen, sehingga timbul berbagai variasi ketebalan cangkang di dalam masing masing masing tipe.

Didalam proses reproduksi hanya satu  yang hadir pada gamet atau sel kelamin, selama proses pembuahan, kedua gamet dari tetua jantan dan betina bersatu kembali dan tergantung kepada konstitusi genetik, genotype keturunan mungkin sama atau berbeda dengan tetuanya.

Pengertian yang jelas terhadap pewarisan sifat ketebalan cangkang buah membawa kesadaran tentang pentingnya penggunaan benih D x P dari sumber tanaman tetua yang baik (dura, tenera, maupun psifera), Tenera yang mempunyai kandungan minyak lebih banyak dibandingkan dura sebesar 30% merupakan varietas standar yang lebih disukai sebagai material tanaman komersial.
  1. Persilangan Dura dan Psifera. Untuk produksi benih tenera dilakukan persilangan antara tetua dura dengan tetua psifera yang akan menghasilkan 100% tenera
  2. Persilangan Bebas (Tenera dan Tenera) Untuk memperoleh benih tenera dari persarian bebas antara tenera dan tenera mengakibatkan turunnya hasil karena terjadi silang dalam (inbreeding), produksi tandan yang rendah karena adanya psifera serta produksi minyak yang renah karena adanya dura, produktifitas benih liar yaitu benih yang di peroleh dari persarian bebas, diperkirakan hanya mencapai 50% dari produktifitas benih legitim D x P atau lebih rendah lagi
  3. Perubahan strategi penggunaan material tanaman pada industri kelapa sawit Indonesia dilakukan dengan hati hati dan selalu di dasarkan oleh data dan informasi yang jelas, hal ini dapat terlihat dari penggunaan material tanaman di perkebunan kelapa sawit  yang sampai tahun 1970 masih menggunakan material D x D; T x D; atau D x T sebagai sumber benih, dan dengan adanya data  bahwa rendemen pabrik (Industrial extraction rate) dari materia D x P adalah 20 – 30% lebih tinggi dari material D xD ; T x D atau D x T maka sejak tahun 1971 semua perkebunan menggunakan material D x P sebagai sumber benih
    Untuk menilai kualitas benih kelapa sawit D x P yang dihasilkan oleh produsen penghasil benih (PPKS, Londsum dan Socfindo) tertentu perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut :
    • Silsilah keturunan
    • Standar seleksi yang digunakan
    • Proses produksi benih
    • Profil produksi
    • Komponen minyak
    • Karekteristik sekunder
    • Kepekaan terhadap penyakit
A.    SILSILAH KETURUNAN
  1. Origin Dura Semua genitor yang saat ini ada di PPKS adalah dura deli yang berasal dari 4 pohon kelapa sawit kebun raya bogor, meskipun tidak ada alasan untuk mengkelompokkannya ke dalam berbagai populasi, namun penggunaan origin dura ini oleh berbagai lembaga riset telah menyebabkan terjadinya penghanyutan genetika (Genetic drift) yang sedikit banyak menimbulkan perbedaan diantara genitor. Kebanyakan dan pada umumnya dari genitor dura adalah dari ”populasi Marihat”  berdasarkan jumlahnya adalah memungkinkan untuk membedakan populasinya  ini menjadi beberapa origin, bahkan sub origin. Origin-origin tadi diberi kode berdasarkan nama kebun yang pertama kali menggunakannya sebagai genitor, yaitu marihat, tinjauan, dan dolok sinumbah. RISPA  adalah ”Populasi Marihat” yang berasal dari kebun marihat dan selanjutnya di seleksi oleh RISPA.  Kode-kode untuk sub-origin di dasarkan pada  nama genitor moyangnya (yang ditetapkan mulai tahun 1900-an) jadi kebanyakan genitor dura  adalah dari ”populasi Marihat” dihubungkan dengan genitor yang sama yakni ”533” Diantara genitor genitor ada yang berasal dari persilangan ”Pupulasi Marihat” dengan sumber sumber lainnyayaitu genitor yang tidak diketahui untuk orijin ”DS x ?” dan dengan SP 540T untuk orijin M-RISPA. Empat orijin deli lainnya tidak berhubungan dengan ”populasi Marihat” , ke empatnya yaitu ”origin Gunung Bayu” (asal Sumatera) , ”origin Dabou” (asal Sumatera di seleksi di Ivory Coast) ”orijin Socfin” (asal Sumatera di seleksi di Malaysia dan Ivory Coast) dan ”origin Dumpy atau ”origin Elmina” (asal Malaysia dan kemudian dipergunakan oleh RISPA) ”orijin Gunung Melayu” , sedangkan ”origin M-Dumpy dan ”Serdang” merupakan orijin yang relatif belum banyak mengalami seleksi.
  2. Orijin Tenera Sebahagian besar dari genitor Tenera yang ada di PPKS berasal dari Zaire, dan beberapa origin dapat dibedakan berdasarkan kebun atau pusat riset yang telah melakukan seleksi genitor moyangnya, dan genitor genitor tersebut antara lain :
  • Orijin ”Bangun” merupakan genitor-genitor yang berasal dari Bangun Bogor Rejo (Sumatera).
  • Orijin ”Dolok Sinumbah” yang merupakan orijin dari psifera terkenal seperti DS 76P atau EX.5. dan beberpa sub orijin dibedakan berdasarkan bentuk genitornya.
  • Origin ”Bah-Jambi” yang pada kenyataannya adalah sub orijin ”Dolok Sinumbah”  karena merupakan keturunan dari persilangan DS 76P dan DS 66P
  • Orijin ”Sungai Pancur” yang menghailkan tenera sangat terkenal, SP 540T
  • Orijin ”Sungai Pancur x Bangun” merupakan hasil persilangan SP 540T dengan psifera dari Bangun.
  • Orijin ”Yangambi” berasal dari populasi Yangambi yang telah diseleksi oleh IRHO.
Populasi lain yang banyak digunakan adalah ”populasi Marihat” yang berasal dari Kamerun. Genitor-genitor ” La-Me” dan ”Yacobue” dari Ivory Coast, sedangkan genitor ”Nifor” berasal dari populasi Nigeria, genitor ”Dami” yang berasal dari Papua New Gunea merupakan genitor yang realtif belum diseleksi. 

B.     STANDAR SELEKSI
  1. Skema Seleksi Berdasarkan hasil percobaan internasional yang menunjukkan persilangan inter orijin lebih baik dari pada intra orijin, maka PPKS mengadopsi metode seleksi yang disebut ”Reciprocal Recurrent Selection (RSS)” yang di kembangkan oleh ”Institute de Researches Pour les Huiles et Oleageneux (IRHO)”  Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung ”Combining ability”  dari 2 (dua) grup individu A dan B yang dicirikan dengan : a.  Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit tetapi dengan tandan yang besar.  b. Grup B (Psifera, Tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran relatif lebih kecil Tanaman tanaman dalam grup A  disilangkan dengan tanaman dari grup B dan hybrida yang dihasilkan kemudian di tanam di pengujian projeni (comparative trial/progeny trial)   Pengujuan yang dilakukan akan dapat mengklasifikasi tingkatan family persilnagan (lini) dan mengevaluasi daya gabung genitor-genitor pada family tersebut yang pada akhirnya akan diperoleh suatu kombinasi hybrida yang terbaik, dan pada waktu yang hampir bersamaan sejumlah tanaman pada masing-masing grup dikawinkan sendir (selfing) dan disilangkan miasl D x D pada seleksi Dura dan T x T pada seleksi Tenera.
  2. Letak Produksi Benih dan perbanyakan klonal pada skema seleksi Metode RRS adalah suatu skema yang sangat menarik baik untuk program pemuliaan maupun produksi benih  dan klon kelapa sawit, dengan langkah langkah sebagai berikut :
  1. Pemilihan tetua untuk memproduksi hibrida komersial di dasarkan atas pengujian projeni sehingga hanya hibrida-hibrida yang telah di uji yang disalurkan kepada konsumen.
  2. Skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi se segera mungkin persilangan persilangan terbaik dan perbaikannya dapat dilakukan dengan ”selfing” tetua terpilih sehingga daya gabung khusus (specific Combining Ability/SCA) dapat di eksploitasi secara optimal.
  3. Hibrida komercial dapat diproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura, dan begitu pula tipe persilangan Psifera/Tenera di seleksi Tenera.
Setelah berakhirnya siklus seleksi dimungkinkan untuk memproduksi benih dengan cara me-reproduksi secara pasti persilangan persilangan terbaik dari hasil hasil pengujian, serta meng-kawinkannya tetua yang mempunyai daya gabung umum (General Combining Ability) yang baik meskipun perkawinan tersebut belum lagi di uji.

Dengan menggunakan tanaman unggul dari hasil pengujian projeni dapat diperbanyak secara kultur jaringan dengan tingkat produktifitas yang realtif sama dengan ortet. Pemilihan tanaman unggul dilakukan dengan mengeksploitasi keragaman di dalam famili diantara famili-famili yang di uji pada pengujian projeni. Selain masalah masalah internal yang di hadapi perbanyakan klonal secara kultur jaringan, seperti abnormalitas pembuangan dan upaya scaling up, klon klon yang dihasilkan dari ortet yang dipilih dari pengujian projeni perlu di uji terlebih dahulu pada pengujian klonal sebelum di lepas secara komersial, sehingga dengan demikian perlu dimaklumi bahwa klon klon komersial belum dapat disebar luaskan dalam waktu dekat. 

C.     KRITERIA PEMILIHAN

Pemilihan persilangan dengan Genitor. Pemilihan persilangan dengan genitor dilakukan bertahap sesuai dengan urutan prioritasnya yaitu :
  1. Tahap Pertama Pemilihan dilakukan terhadap produksi minyak/ha yang di hitung dengan menggunakan dua faktor koreksi yaitu rendemen pabrik di hitung dengan mengkalikan prosentase minyak per tandan dengan faktor koreksi 0,855 dan produksi TBS di hitung dengan dasar 130 tanaman/ha (pada populasi 143 pohon/ha)  atau  bisa juga 123,5 tanaman /ha pada (populasi 130 pohon/ha). Produksi minyak per ha diperoleh dengan cara mengkalikan produksi TBS dengan rendemen pabrik periode 6 – 9 tahun, yang dianggap dapat menggambarkan potensi produksi selama masa ekonomis tanaman, dan ini merupakan prioritas utama untuk diperhatikan
  2. Tahap Kedua Pemilihan dilakukan dengan mengenyampingkan semua persilangan persilangan yang laju pertumbuhannya meninggi sangat cepat, persilangan yang mempunyai laju pertumbuhan meninggi >85 cm/thn tidak dipilih.
  3. Tahap Ketiga Pembuatan rancangan persilangan dilakukan terutama untuk menghindari adanya projeni yang peka terhadap penyakit tajuk, karena penyakit tajuk disebabkan oleh satu gen resesif, maka ditekankan untuk mengawinkan genitor-genitor unggul  tetapi tetap peka terhadap penyakit tajuk dengan genitor lainn yang resisten dan mempunyai susunan genotype homozygot dominan.
Pada pemilihan ortet, metode yang digunakan harus dapat mengestimasi secara akurat nilai ”genotipik ” setiap indivfidu tanaman, hal ini dapat dilakukan apabila varians lingkungan dan atau varians interaksi genotipe x lingkungan dapat diminimalkan.

Cara umum dilakukan adalah dengan cara seleksi indeks (6/9) atau secara smoothing.  Tingkat kepercayaan pada pemilihan ortet dapat meningkat apabila tanaman terpilih memperlihatkan komponen hasil yang unggul, seperti persentase mesokarp terhadap buah yang relatif mempunyai nilai heritabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil sendiri. 

D.    PROSES PRODUKSI BENIH

Tekhnik produksi Benih

Tekhnik produksi benih kelapa sawit telah banyak di paparkan oleh para ahli, yang pada prinsipnya setiap tahapan dalam proses produksi benih adalah untuk menjamin diperolehnya benih yang memenuhi kriteria persentase perkecambahan tinggi, pertanaman yang homogen di lapangan dan legitimasi material yang dihasilkan. 

PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH

Pusat penelitaian kelapa sawit (PPKS) adalah salah institusi resmi yang ditujuk oleh pemerintah untuk pengadaan benih kelapa sawit di Republik Indonesia Ini, yang mempunyai potensi 40 juta benih pertahun, proses pengadaan kecambah yakni dengan tekhnik fermentasi, perendaman, pemanasan dan perkembangan kecambah telah dapat mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan  prosentase  daya kecambah. Bila benih multi embrio dari benih kelapa sawit  D x P dapat digunakan sebagai sumber bahan tanaman, penggunaan benih palsu sebagai bahan tanaman akan menurunkan produksi minyak/ha sebesar 50% dan tertundanya waktu panen.

Prosedur pembelian dan pengadaan benih/kecambah kelapa sawit dari PPKS cukup sederhana yakni dengan membuat surat permohonan  pembelian kecambah yang ditujukan kepada Direktur PPKS  dengan melampirkan syarat-syarat administrasi, dan setelah melakukan pembayaran dengan kurun waktu 2-3 minggu kemudian kecambah sudah dapat disalurkan kepada pihak pembeli, dan untuk menjamin kemurnian kecambah yang disalurkan dan di terima pembeli, setiap pengiriman dilengkapi dengan surat pengantar, surat persilangan  dan surat pengambilan barang (DO), Pembeli kecambah harus mampu menunjukkan identitas diri yang jelas seperti KTP, SIM atau Passport atau surat kuasa dari perusahaan pembeli.

A.    PROSEDUR PEMBELIAN KECAMBAH
  1. Pembelian Kecambah  Pembelian kecambah kelapa sawit D x P maupun Dy x P dari PPKS dapat dilakukan oleh Perusahaan Negara, Swasta, koperasi  maupun perorangan
  2. Harga Kecambah Harga kecambah sewaktu waktu dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku  dan harga kecambah adalah loko Medan dan Marihat, biaya transportasi pengangkutan kecambah di tanggung oleh pihak pembeli.
  3. Sistem Pembayaran Sistem pembayaran pembelian kecambah kelapa sawit di PPKS hanya dapat dilakukan di kantor PPKS jalan Brigjen Katamso 51 Medan, baik secara langsung ke Bendaharawan  PPKS maupun melalui ”Bank Draft”, dan pembayaran Bank Draft dapat dilakukan di bank yang ditunjuk, dan pembayaran di lakukan selambat lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pengambilan kecambah.
  4. Prosedur pemesanan Kecambah. Permohonan pembelian kecambah melalui surat dengan tujuan ”Kepada Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dengan alamat Jl Brigjen Katamso No 51 Medan” dan pengambilan dilakukan minimal 6 (enam) bulan sebelum pengambilan kecambah
  5. Perlengkapan Administrasi
  1. Perusahaan Perkebunan Persyaratan untuk pemesanan Kecambah kelapa sawit oleh Perusahaan perkebunan meliputi
    • Surat izin usaha perkebunan dari menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia
    • Surat Izin Peruntukan lokasi penanaman kelapa sawit dari Gubernur setempat
    • Peta Lokasi perkebunan
     b.  Perseorangan
  • Surat kepemilikan tanah dari instansi berwenang
  • Surat Rekomendasi dari Dinas Perkebunan setempat.
    6.   Persyaratan pengambilan kecambah
  • Memiliki dan menunjukan Delivery Order (DO) yang di terbitkan oleh PPKS
  • Menunjukan surat kuasa dari perusahaan atau perorangan ke PPKS bagian Urusan Bahan Tanaman
  • Menunjukan bukti Identitas Asli dan memberikan copynya kepada petugas PPKS yang ditunjuk.
  • Menandatangai bukti pengambilan kecambah
B.     Upaya Menghindari Pemalsuan Kecambah

Untuk menghindari upaya pemalsuan dari pihak pihak yang tidak bertangung jawab terhadp produk Kecambah PPKS, maka PPKS telah membentuk berbagai upaya dan sistem penanggulangannya antara lain:

Pengemasan / Packing
Kemasan Kelapa Sawit
  1. Administrasi pengiriman Pengiriman kecambah dilengkapi dengan surat pengantar, pengiriman dan Delivery Ordr (DO)  dan di beri nomor seri
  2. Pengemasan/Packing Packing atau pengemasan dilaksanakan dengan mempergunakan peti dari bahan triplek ukuran 40x60x40 cm dan dapat menampung 7.000 sampai 10.000 kecambah, setiap peti kemas memuat uraian (contoh) 
C.     Permasalahan Pemesanan dan Pengadaan Kecambah
  1. Permintaan yang cukup tinggi Permintaan pembelian kecambah kelapa sawit oleh pihak ke dua, setiap tahun cukup tinggi dengan rata-rata pertahun antara 60 – 70 juta kecambah, sedangkan kemampuan rata rata produksi kecambah PPKS adalah 40 juta kecambah/tahun, oleh karena itu kebutuhan kecambah yang dapat di penuhi oleh PPKS hanya 70 – 80 % setiap tahunnya.
  2. Waktu Permintaan Pada umumnya perusahaan perkebunan  memesan pada waktu bersamaan, sehingga PPKS kesulitan dalam peng alokasian permintaan
  3. Permintaan yang mendesak Permintaan yang mendesak biasanya terjadi pada saat pemesanan dan pengambilan pada bulan yang sama, sehingga PPKS kesulitan pengalokasian permintaan dimaksud, karena alokasi 1 – 2 bulan di depan sudah di alokasikan kepada pihak lain. Karena proses produksi kecambah memerlukan waktu yang panjang, disarankan untuk pemesanan sebaiknya 6 bulan sebelum jadwal pengambilan.
  4. Kelengkapan adminsitrasi yang kurang sehingga PPKS tidak mungkin menyerahkan kecambah pada pihak pembeli, seperti kelengkapan peta, rekomendasi dari Gfubernur setempat dan lain sebagainya.
  5. Pada saat waktu pengambilan yang ditntukan pihak pembeli belum melaksanakan pembayaran atas pemesanan pengadaan kecambah, sehingga menghambat penyaluran kebutuhan pengadaan kelapa sawit.
  6. Adanya penundaan dari pihak pemesan, karena lahan untuk penanaman dan pembibitan kecambah belum siap, atau iklim yang kurang diperhitungkan, misalnya kemarau yang panjang dan sebagainya
  7. Adanya masalah transportasi yang belum disiapkan oleh pembeli atau adanya regulasi dari pihak pengangkut yang menunda jadwal pengangkutan karena sebab dan lain hal.

Rabu, 07 Mei 2014

Pembibitan Kelapa Sawit

A. Tahapan Pembibitan

  • Pre Nursery (pembibitan awal) selama 3 bulan pertama dengan polibag  kecil
  • Main Nursery (pembibitan utama) bibit dipindahkan ke dalam polibag besar, dipelihara selama 9 – 12 bulan sampai siap untuk dapat ditanam
  • Umur bibit yang dapat ditanam di areal pertanaman :
  • paling muda           : 8 bulan
  • ideal                      : 12 bulan
  • paling tua               : 24 bulan; untuk daerah yang rawan hama  (gajah, babi, beruang, tikus, dan landak
B. Lokasi Pembibitan

 

  • Tanah/arealnya rata/datar. Jika areal datar tidak diperoleh dapat juga digunakan areal bergelombang atau berbukit namun perlu dibuat teras-teras yang disesuaikan dengan kemiringannya asal saja jaringan penyiramannya mampu mencapai tempat tertinggi atau terjauh.
  • Dekat dengan sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun. Bibit perlu disiram 2 kali sehari jika tidak turun hujan yaitu dari pagi sampai pukul 11.00 wib siang dan sore mulai pukul 16.00 wib. Bibit memerlukan banyak air yaitu 0,25 – 2 liter tergantung dari umur dan kondisi bibit. Air harus bersih dan tidak beracun.
  • Dekat dengan areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah lokasi untuk mengurangi biaya angkutan bibit.
  • Drainasenya baik/arealnya tidak tergenang
  • Aman dari gangguan hama berupa binatang besar maupun serangga, dekat dari pengawasan dan mudah dikunjungi
  • Dekat dari sumber tanah untuk pengisi kantong plastik (top soil) karena tiap kantong besar membutuhkan 20-25 kg tanah
C. Kebutuhan dan Pengadaan Bibit
  • Kebutuhan bibit/kecambah sebanyak 140% dari jumlah yang akan ditanam.
  • Perhitungannya adalah :
    • Seleksi kecambah                     : 2,5%
    • Seleksi di pembibitan awal         : 10%
    • Seleksi di pembibitan utama      : 15%
    • Cadangan penyisipan                : 5%
  • Kebutuhan kecambah = 100/97,5 x 100/90 x 100/85 x 100/95 = 1,40 x jumlah pohon/ha
  • Kerapatan 130 ph/ha (9,4 m) diperlukan kecambah 180/ha Kerapatan 143 ph/ha (9,0 m) diperlukan kecambah 200/ha
      Sistem tanam segitiga sama sisi
  • Kecambah dibeli 12 bulan sebelum rencana penanaman. Bila rencana penanaman dalam jumlah banyak, pemesanan sebaiknya bertahap sesuai dengan fasilitas dan tenaga yang ada.
  • Untuk tempat yang agak jauh dari sumber benih, pengangkutan agar diusahakan dengan cargo (angkutan) udara
  • Benih yang sudah diterima agar ditempatkan di tempat yang teduh kemudian segera ditanam karena paling lama hanya dapat bertahan 3-5 hari dari tempat penghasil benih
  • Kebutuhan benih dan luas pembibitan :
Luas areal yang akan Ditanami (ha)
Kebutuhan Benih
Luas Pembibitan awal (ha)
Bibit ke Pembibitan utama
Luas Pembibitan utama (ha)
Bibit Yang Akan Ditanam ke Lapangan
500
90.000
0.2
81.000
6
68.850
1000
180.000
0.4
162.000
12
137.700
1500
270.000
0.5
243.000
17
206.650
2000
360.000
0.7
324.000
23
275.400
2500
450.000
0.9
405.000
29
344.250
3000
540.000
1.0
486.000
35
413.100
Keterangan :
  • Perhitungan tersebut menggunakan standar seleksi di pembibitan awal 10% dan pembibitan utama 15%
  • Untuk areal seluas 1 ha dapat digunakan untuk pembibitan awal sebanyak 500.000 polibag dan pembibitan utama ± 14.000 polibag
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
  • Standard kebutuhan per ha pembibitan tenaga kerja : 5–6 hk per hari                           
D.  Penyiraman Bibit

      Sistem penyiraman yang harus digunakan perlu dipertimbangkan :
  • Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau berapa tahun akan digunakan. Jika penggunaannya cukup lama atau akan digunakan lebih dari 5 tahun mungkin pemakaian sprinkler akan lebih menguntungkan karena akan memperkecil biaya penyusutan dari instalasinya. Demikian pula dengan luasnya, luas hendaknya sesuai dengan kapasitas pompa yang akan digunakan.
  • Bagaimana dengan keadaan areal pembibitan tersebut apakah rata atau bergelombang. Rata dengan sprinkler lebih baik, bergelombang dengan semi mekanis akan lebih murah dimana dapat memanfaatkan tenaga gravitasi. Cara ini dilakukan dengan membangun bak penampung ditempat yang tertinggi dan baru dialirkan ke tempat yang lebih rendah
  • Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan. Jika cukup dekat penggunaan sprinkler mungkin cukup baik. Jika terlalu jauh maka perlu pertimbangan lain apakah pompa yang digunakan mampu.
  • Bagaimana dengan persediaan tenaga yang ada. Penggunaan sprinkler memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit 4.000 bibit/hk sedangkan secara manual 2.500 bibit/hk
  • Berapakah debit air yang ada terutama pada musim kemarau. Untuk 1 ha dibutuhkan lebih dari 77 m3/hari (bibit saja 2,5 liter/hari, sisanya untuk peresapan dan pengaliran di permukaan)
E. Kebutuhan Air Bibit
  • Pembibitan awal, kebutuhan air per pokok : 0,1 – 0,3 liter/hari
  • Pembibitan utama :
Umur Bibit ( bulan )
Kebutuhan Air/pokok/hari ( liter )
0 – 3
3 – 6
6 - 12
1 (sprinkler 1,5 jam)
2 (sprinkler 1 jam 45 menit)
3 (sprinkler 2 jam
Sumber data :Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala (1992)

F. Instalasi penyiraman

   Secara Manual
Air dihisap dari sungai dengan menggunakan pompa air dan dialirkan ke areal pembibitan dengan menggunakan pipa dan selang
  • Pipa primer 6 inch ditempatkan ditengah-tengah lapangan
  • Cabang I dengan pipa 2 inch
  • Cabang II dengan pipa 1 inch yang disambung dengan selang plastik 25 m yang ujungnya diberi gembor
  • Penyiraman dilakukan dengan tenaga manusia
     Sprinkler
  • Penggunaan pipa :
Penyiraman Menggunakan Sprinkler
  1. Pipa induk 6 inch dari rumah pompa
  2. Pipa utama 4 inch dilengkapi dengan kran (valve) ke pipa distrubusi 2 inch. Tiap sambungan dilengkapi stand pipes 0,75 inch yang dipasang berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang dapat memancarkan air dan berputar karena aliran air
  3. Pada tiap pipa distribusi terdapat 8 – 10 sprinkler yang berjarak 9 – 18 m
  4. Untuk 8 ha pembibitan diperlukan 30 sprinkler, 2 line pipa distribusi
  • Kebutuhan air ± 75 m3/ha/hari. Efisiensi 30-40%
  • Pompa berdaya pancar 45 psi (3,6 kg/cm2)
  • Kekuatan pompa 18-20 HP untuk 8 ha pembibitan
G. Pembibitan Awal (Pre Nursery)
    Persiapan Areal
  • Areal yang sudah di buka (LC) dibersihkan dan diratakan
  • Kebutuhan bahan/tenaga : Manual 20 HK/Ha dan mekanis 6 JKT (Jam Kerja Traktor) per ha
  • Kebutuhan areal 1 m2 untuk 70 bibit pada pembibitan awal
    Membuat Bedengan
  • Ukuran bedengan : lebar bedengan 1,2 m ; jarak antar bedengan 0,8 m
  • Jumlah bibit dalam satu bedengan : 840 bibit
  • Kebutuhan tenaga untuk membuat bedengan : 1,5 HK/bed
  • Tepi bedengan diberi batas dengan bambu atau papan
  • Jumlah bahan digunakan : 4 bambu @ 6 m dan 5 papan/bed
    Menabur Pasir
  • Bedengan ditaburi pasir secara merata sampai setebal 2 cm
  • Jumlah kebutuhan pasir : 0,3 m3/bed
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja : 0,2 HK/bed
    Meracun Serangga
  • Dua hari sebelum digunakan bedengan disemprot dengan insektisida, contoh Sevin atau Thiodan
  • Jumlah dan jenis bahan digunakan : Sevin 85 EC dosis : 5 cc/l air/bed
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja : 1 HK/30 bed
    Naungan
  • Pada tahap awal bibit harus diletakkan di bawah naungan, setelah dua daun keluar (1,5 bulan) naungan dapat dikurangi sebesar 50% dan setelah daun ketiga keluar (2,5 bulan) naungan harus sudah dihilangkan.
  • Luas naungan minimal sebesar bedengan dengan tinggi ± 2 m
  • Bentuk naungan : tiang dibuat dari bambu atau besi siku setinggi 2 m, dan jarak antar tiang 3 m. Atap dari pelepah kelapa sawit atau dari shadownet.
  • Jumlah bahan yang digunakan : 7 bambu/bed @ 6 m dan 10 pelepah/bed
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja membuat naungan : 1 HK/bed
    Mengumpulkan Tanah/Media Tanam

  • Media tanam menggunakan top soil (kedalaman 20-30 cm) tanah mineral dengan tekstur lempung, kecuali di areal gambut dapat menggunakan tanah gambut
  • Tanah diayak dengan saringan kawat 2 cm agar bersih dari akar, rumputan, batuan dan sampah lainnya.
  • Hasil pengayakan ± 60% (dari 1m3 diperoleh ± 1.000 kg tanah)
  • Bila tanah terlalu padat/liat dicampur dengan pasir perbandingan 3:1
  • Media tanam harus dicampur dengan 50 kg pupuk RP per ± 2 m3 tanah (± 1.000 polybag kecil)
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengumpulkan tanah secara manual 1,5 m3/HK sedangkan secara mekanis 8 JKT/Ha
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengayak 3 m3/HK
    Ukuran Polybag
  • Ukuran polybag kecil 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat, warna hitam
  • Setelah diisi berukuran : diameter ± 10 cm dan tinggi ± 17,5 cm
  • Lubang polybag berjumlah 12-24 dengan diameter 0,5 cm
  • 1 kg Plb ± 200 lembar polybag kecil
     Mengisi Polybag
  • Empat minggu sebelum penanaman kecambah, polybag harus sudah diisi tanah dalam jumlah cukup
  • Guncang polybag pada saat pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi sampai mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polybag
  • Polybag disiram air setiap hari sampai tampak jenuh sebelum dilakukan penanaman dan diisi kembali dengan tanah bila diperlukan
  • Jumlah tanah adalah 1 kg per polybag
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja pengisian polybag 400 unit/HK
     Menyusun di Bedengan
  • Polybag harus disusun secara tegak dan rapat di bedengan.
  • Tiap 1 m2 dapat memuat 70 polibag atau 840 polybag/bedengan
  • Diusahakan air tidak akan menggenangi di bedengan dengan mengikis permukaan tanah yang tidak datar
  • Jumlah tenaga kerja untuk menyusun polybag adalah 1.000 unit/HK
    Seleksi Kecambah
  • Kecambah normal : calon akar (radicula) dan calon batang (plumula) terlihat jelas, panjangnya 8-25 mm.
  • Radicula berujung tumpul seperti bertudung, agak kasar
  • Plumula ujungnya tajam seperti tombak
  • Kriteria kecambah yang abnormal :
    1. ®       Calon akar/batang patah
    2. ®       Calon akar/batang tidak tumbuh
    3. ®       Calon akar/batang membengkok
    4. ®       Calon akar/batang tumbuh satu arah
    5. ®       Calon akar/batang busuk terserang cendawan
    6. ®       Calon akar/batang layu karena terlalu kering
  • Jumlah kebutuhan untuk seleksi kecambah 5.000 kecambah/HK
  • Pada saat diterima peti harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari
  • Setiap kantong kecambah harus dibiarkan terbuka selama beberapa menit untuk pergantian udara
     Menanam Kecambah
  • Siram tanah di polybag sampai jenuh sebelum kecambah ditanam
  • Kantong plastik kecambah dibuka dengan hati-hati dan letakkan kecambah di baki yang beralaskan goni basah yang telah direndam dalam larutan fungisida Thiram dengan konsentrasi 0,2%
  • Kecambah diseleksi dan dihitung (% seleksi)
  • Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radikula yang akan diposisikan arah ke bawah dan plumula yang akan diposisikan ke atas
  • Kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2-3 cm di bawah permukaan tanah polybag (dilobang dengan ibu jari)
  • Polybag disiram sampai jenuh setelah kecambah ditanam
  • Diberi naungan sesuai iklim setempat
  • Sebaiknya penanaman dilakukan secara beregu.
  • Kecambah yang memiliki persilangan yang sama ditanam pada bedengan yang sama.
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menanam kecambah 1.000 bbt/HK
     Penyiraman
  • Bibit disiram 2 x sehari
  • Jam penyiraman : 07.00 wib – selesai paling lambat jam 11.00 wib; sore hari jam 15.00 wib – selesai
  • Bila malam sebelumnya turun hujan (> 8 mm) dan tanah di polybag masih basah maka penyiraman hanya dilakukan sore hari saja.
  • Bila pagi harinya hujan turun (> 10 mm) maka tidak perlu penyiraman pagi dan sore.
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 13.500 bbt/HK (16 bed/HK) 
 Pengendalian Gulma
  • Dilakukan 1 x tiap 2 minggu
  • Cara pelaksanaan adalah manual tidak boleh dengan herbisida
  • Pengendalian dengan mencabut rumput dan gulma lain di dalam polibag dan yang berada di antara polibag
  • Sekaligus melakukan konsolidasi dengan menambah tanah pada polibag apabila kekurangan.
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 13.500 bibit/HK atau 16 bed/HK
    Pemeliharaan Drainase
  • Mengalirkan air yang tergenang di areal pembibitan
  • Diperiksa agar air jangan tergenang di polybag
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK
  • Rotasi yang diperlukan 1 x /minggu
     Pemupukan
  • Minggu genap (minggu ke 4, 6, 8, 10, 12) dengan pupuk majemuk (contohnya Rustika) 15.15.6.4 konsentrasi 0,2% (2gr/l air)
  • Minggu ganjil (minggu ke 5, 7, 9, 11) dengan urea 0,2%
  • Cara dilarutkan pupuk dalam gembor : 10 gr Urea atau 10 gr pupuk majemuk dalam 5 liter air untuk 500 bibit
  • Pemupukan dilakukan pagi hari setelah selesai penyiraman pertama/pagi
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja 8.400 bibit/HK atau 10 bed/HK
    Konsolidasi Bibit
  • Dilakukan 1 kali/minggu meliputi :
    • Menambah tanah yang kurang
    • Menegakkan polibag yang miring
    • Menukar bibit yang mati dengan bibit pada bedengan terakhir yang biasanya tidak penuh
    • Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 4.000 bibit/HK atau 5 bed/HK
    Pengendalian Hama dan penyakit
  • Pengamatan hama ataupun penyakit dilakukan setiap hari
  • Pengendalian dilakukan dengan cara manual
  • Apabila gangguan hama/penyakit sudah pada tingkat yang lebih berat maka dilakukan dengan penyemprotan insektisida, fungisida dengan rotasi 1 kali/minggu
  • Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 8.400 bibit/HK atau 10 bed/HK
    Tata cara seleksi Bibit di pre-nursery
  • Angkat dan singkirkan semua bibit afkir dari bedengan sebelum dilakukan pemindahan bibit sehat ke polybag besar
  • Musnahkan semua bibit afkir
  • Catat dan laporkan bibit yang diafkir
  • Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 5.000 bibit/HK
     Standar Pertumbuhan Bibit kelapa sawit
Umur (bulan)
Tinggi (cm)
Diameter (cm)
Banyak daun
4,5
6
7
8
9
10
11
12
26,0 + 1,3
39,9 + 1,1
52,2 + 1,4
64,3 + 0,6
88,3 + 2,5
101,9 + 5,1
114,1 + 3,9
126,9 + 7,0
1,30 + 0,02
1,84 + 0,02
2,70 + 0,12
3,56 + 0,04
4,50 + 0,15
5,96 + 0,33
5,84 + 0,14
6,02 + 0,24
5,0 + 0,2
8,6 + 0,2
10,8 + 0,3
11,0 + 0,0
13,3 + 0,3
15,8 + 0,1
15,6 + 0,3
15,8 + 0,4
 Sumber data :Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala (1992)
    
Beberapa ciri Fisik bibit yang di-afkir

  • Pucuk bengkok atau daun berputar : akibat penanaman kecambah yang terbalik atau faktor genetik
  • Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf) : akibat faktor genetik
  • Daun kerdil dan sempit (stump/little leaf)
  • Daun menyempit dan tegak (acute/erect leaf)
  • Daun yang menggulung (rolled leaf) : akibat factor genetic
  • Daun berkerut/keriput (crinkle leaf) : akibat factor genetic
  • Daun melipat (collante) : akibat kekurangan air
  • Bibit kerdil (stunted) : akibat factor genetic
  • Chimaera : sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dan jaringan yang normal
  • Bibit dengan serangan penyakit berat
 H. Pembibitan Utama (Main Nursery)
     
Persiapan Areal

  • Areal Pembibitan dekat dengan sumber air atau sungai
  • Areal datar dengan penggunaan areal 1 ha untuk 14.000 bibit
  • Dibuat parit drainase mengikuti pipa sekunder dari jaringan pipa penyiraman
  • Ukuran parit lebar dasar 30 cm, lebar atas 70 cm, dalam 40 cm
  • Bila penyiraman dengan sprinkler hendaknya dibuat dulu desainnya dan penempatan pipa-pipanya
  • Bila diperlukan buat pagar keliling 150 m dengan kawat. Jarak antara tiang 3 m, tinggi pagar 1,5 m
  • Jumlah tenaga kerja untuk membuat pagar 100 m/HK
  • Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit berumur 3-4 bulan atau memiliki 4-5 helai daun
     Memancang
  • Umur bibit 8-10 bulan : jarak pancang 70 x 70 x 70 cm (23.000 bibit/ha)
  • Umur bibit ≥ 10 bulan : jarak pancang 90 x 90 x 90 cm (14.000 bibit/ha)
  • Kebutuhan tenaga kerja memancang 1.000 pancang/HK
     Mengumpulkan Tanah
  • Metode sama dengan pembibitan Pre-Nursery
  • Tanah di polybag besar harus dilubangi dan selanjutnya dimasukkan 100 g pupuk RP ke lubang polybag besar sebelum bibit ditanam
     Ukuran Polybag
  • Ukuran polybag besar adalah 0,15 mm x 35 cm x 50 cm lay flat
  • Setelah diisi tanah diameter ± 23 cm dan tinggi ± 39 cm ; warna hitam
  • Lubang empat baris perforasi berjarak 5 cm x 5 cm
  • Tebal polibag harus merata tidak ada tebal tipis
     Mengisi Polybag
  • Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum transplanting dari PN untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil.
  • Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan silindris
  • Persiapan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah dalam polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah
  • Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan mencegah agar tidak ada bagian yang mengkerut atau terlipat sehingga ketinggian tanah dapat mencapai 2,5 cm dari bibir polybag.
  • Jumlah polybag 1 kg = 18 lembar; 1 plb ± 20 kg
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 100 unit/HK
     Menyusun Polybag
  • Polybag disusun di areal bibitan yang sudah dipancang
  • Menyeragamkan cara peletakan (contoh di selatan pancang). Pancang tidak boleh dicabut
  • Setiap 5 baris dikosongkan 1 baris untuk jalan pemeliharaan bibit
  • Kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag dan tidak dibenarkan 1 tangan menyengkeram bibit polybag bagian atas
  • Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 100 – 150 unit/HK
     Menanam/Transplanting di Polybag Besar
  • Tanah di polybag dilubangi sebesar ukuran polybag kecil dengan alat berupa bor tanah atau yang dibuat dari pipa 4 inch
  • Jumlah tenaga kerja untuk melubangi 250 unit/HK
  • Bibit yang telah memenuhi syarat (umur 3 bulan, daun 3-4, bentuk sempurna) diangkut dengan kotak papan, diecer ke tempat polybag
  • Jumlah tenaga kerja untuk mengecer 700 bibit/HK
  • Penanaman dilakukan : bibit di polybag kecil dipegang miring, dasarnya disayat keliling kemudian dilepas. Dimasukkan ke dalam lubang polybag besar. Sambil menahan bibit polybagnya ditarik/dilepas. Tanah diratakan dan dipadatkan
  • Jumlah tenaga kerja untuk menanam 100 bibit/HK
     Penyiraman Bibit
  • Bibit disiram 2 kali/sehari : pagi; jam 7.00 – selesai selambat lambatnya jam 11.00, sore jam 15.00 – selesai
  • Jumlah tenaga kerja 2.500 bibit/HK
  • Apabila malam sebelumnya turun hujan dan tanah di polibag masih basah maka penyiraman hanya dilaksanakan sore hari. Bila hujan pagi hari cukup lebat (> 10 mm) maka sampai sore bibit tidak perlu disiram.
  • Kebutuhan air bibit : 1-3 bl = 1.0 ltr; 3-6 bl = 1.5 ltr; > 6 bl = 2 ltr
     Pengendalian Gulma
  • Dilakukan 2 minggu sekali
  • Penyiangan dilakukan dalam polibag dan di luar polibag
  • Dalam polibag penyiangan dilakukan secara manual
  • Di antara polibag rumput-rumput disemprot dengan 2 kg karmex + 2,2 ltr gramoxone/450 ltr air/ha bibitan
  • Tenaga kerja diperlukan untuk penyiangan 0,7 ha/HK atau 8.000 bibit/HK
     Pemberian Mulsa
  • Pada daerah yang terlalu kering/panas, bibit dalam polybag harus diberi mulsa
  • Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah bibit ditanam
  • Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, jerami ataupun lalang kering
  • Jumlah cangkang sawit yang diperlukan 0,5 kg/polibag
  • Jumlah tenaga kerja diperlukan adalah 2.500 bibit/HK
     Konsolidasi Bibit
  • Konsolidasi bibit dilakukan 1x/bulan
  • Menegakkan polibag-polibag yang miring
  • Mengganti/membalut polibag yang pecah
  • Menambah tanah di polybag (hanya sampai umur 6 bulan)
  • Jumlah tenaga kerja diperlukan 2.000 bibit/HK
     Pemeliharaan Parit drainase
  • Mengalirkan air yang tergenang 1 kali/minggu
  • Mendalamkan parit pada ukuran semula
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK
     Pemupukan
  • Dimulai pada minggu ke 2 setelah bibit di transplanting
  • Jenis pupuk : pupuk majemuk (contoh Rustika) R 15.15.6.4 dan R 12.12.17.2 serta pupuk Kieserite atau Dolomit
  • Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 3.000 bibit/HK atau 5 HK/ha bibit
  • Cara pemupukan :
    • Buat takaran pupuk sesuai dengan dosis
    • Pupuk ditaburkan merata pada permukaan tanah di polybag melingkar/keliling sejauh 10 cm dari bibit
    • Pupuk tidak boleh menyentuh bibit
    • Pelaksanaan setelah penyiraman pertama
     Dosis Pemupukan Pembibitan Utama
Umur Bibit
Dosis Pupuk (gram/pohon)
(Minggu)
R I
R II
K atau D
2
3
4
5
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
2.5
2.5
5.0
5.0
7.5
7.5
10.0
10.0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10.0
10.0
10.0
10.0
15.0
15.0
15.0
15.0
20.0
20.0
20.0
20.0
25.0
25.0
-
-
-
-
-
-
-
-
7.5
-
7.5
-
10.0
-
10.0
-
15.0
-
15.0
-
15.0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10.0
-
10.0
-
15.0
-
15.0
-
22.5
-
22.5
-
22.5
-
Jumlah
50
230
80
117.5
  • Keterangan :   R I        = Rustika 15.15.6.4
  •                       R II      = Rustika 12.12.17.2
  •                       K          = Kieserite
  •                       D          = Dolomit
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
     
       Pengendalian Hama Penyakit
  • Pengamatan dilakukan secara rutin 1 x/minggu untuk mengetahui ada tidaknya serangan hama/penyakit
  • Cara pengendalian pada saat serangan awal/ringan secara manual, hama dikutip kemudian dimusnahkan
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja 2.000 bibit/HK
  • Bila dari hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan gejala serangan maka dapat dikendalikan dengan penyemprotan pestisida.
  • Penyemprotan dilakukan setelah penyiraman pagi dan ditambahkan dengan perekat.
  • Khusus bibit yang terkena penyakit dan mudah menular harus dipisahkan dari bibit sehat
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja 3.000 bibit/HK
     Kebutuhan Larutan Semprot
Umur (bulan)
Vol. Semprot (cc/pk)
Tenaga (bibit/HK)
4 – 6
25
5.000
7 – 9
50
3.000
10 - 12
100
1.00
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Gejala Serangan hama/penyakit & Pengendalian

 Keterangan :     S          : Semprot
                           T          : Tabur
                           Mgg      : Minggu
 Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
    
      Seleksi Bibit
  • Seleksi dilaksanakan dengan tahapan umur bibit 6, 9, 12 bulan dan pada persiapan pengiriman bibit ke lapangan
  • Tata cara pelaksanaan seleksi bibit :
    • Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/abnormal
    • Catat dan dibuat berita acara semua bibit afkir
    • Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di main nursery antara 10-15 %
  • Jumlah tenaga kerja dibutuhkan 3.000 bbt/HK
Ciri bibit abnormal di Main Nursery
  • Kerdil (runt/stunted): Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat seumurnya
  • Bibit erect: Faktor genetis, daun tumbuh dengan sudut yang sangat  sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga seperti tumbuh tegak.
  • Bibit yang layu dan lemah (limp): Penampilan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya
  • Bibit flat top: Faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun tua, sehigga tajuk bibit terlihat rata
  • Short internode: Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rakhis) terlihat dekat dan bentuk pelepah tampak pendek
  • Wide internode: Jarak antara anak daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal
  • Anak daun yang sempit (narrow leaf): Bentuk helai daun tampak sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga bentuknya seperti jarum
  • Anak daun tidak pecah (juvenile): Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau tidak pecah
  • Daun berkerut (crinkle leaf): Daun terlihat berkerut. Gejala berat akibat factor genetic, gejala ringan disebabkan karena kekurangan air
  • Chimaera: Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna gelap dari jaringan yang normal
  • Crown Diseases: Faktor genetik, pelepah bengkok dan mudah patah
  • Blast: Bibit berubah secara progresif ke arah coklat dan perlahan dimulai dari daun yang tua bergerak ke daun yang lebih muda
  • Terserang hama dan penyakit: Terserang busuk pucuk dan hama/penyakit yang harus dipisahkan
      Persiapan Pemindahan Bibit ke Lapangan
  • Pemutaran bibit (rotating): Bibit diputar pada tempatnya dua minggu sebelum dikirim ke lapangan. Setelah bibit diputar harus disiram air dengan cukup setiap hari sampai waktu pengiriman ke lapangan
  • Perlakuan Bibit untuk Persiapan Pengangkutan: Menjelang persiapan tanam bibit dikumpulkan rapat, setiap kelompok terdiri 100-200 bibit. Bibit disusun satu lapis di atas truk dan disiram sebelum berangkat ke lapangan

Selasa, 06 Mei 2014

Penanaman Kelapa Sawit

I. BATASAN

Keteraturan tanaman dalam posisi maupun kerapatan tiap hektar sangat diperlukan untuk memudahkan pengelolaan tanaman, terutama dalam hal pemanenan, pemeliharaan dan perlakuan teknis argonomisnya. Pada areal bebukit dengan kemiringan dan panjang lereng yang bervariasi diperlukan sistematika khusus agar diperoleh keteraturan tersebut.

Dengan riset mencobakan sistem penanaman menurut kontur yang memodifikasi dari sistem IRHO, diaral kebun kandista sari seluas 10 Ha, hasil uji coba pada areal bergelombang dengan kewmiringan rata-rata 30-60% seluas 10 Ha diperoleh kerapatan rata-rata : 135.4 pohon/Ha. Bagaimana pembukaan areal baru menunjukan bahwa ketidakaturan letak tanaman pada areal berbukut, baru akan menunjukan kesulitan apabila produksi mulai meningkat (umur > 7 tahun). Karena pada saat penanaman, cara penanaman yang tepat sering disesuaikan terutama apabila areal yang harus dibuka cukup luas.

Diharapkan pedoman ini dapat membakukan cara penanaman pada areal berlereng yang selama ini masih berbeda beda antara satu kebun dengan kebun lainnya.

Ketentuan umum.
Cara ini digunakan untuk :
  • Kemiringan lereng rata-rata lebih dari 20 derajat atau 36%.
  • Posisi tanaman mengikuti garis kontur.
  • Kerapatan populasi 136 pohon/Ha.
  • Jarak antar kontur atau teras minimum 6 m dan maksimum 12 m.
  • Modifikasi dapat dilakukan sesuai kondisi dilapangan.
Prinsip.
Jika populasi tanaman diusahakan atau ditetapkan rata-rata 136 pohon/Ha,maka :
                   Cakupan areal rata-rata bagi tiap tanaman :
                   10.000   +- 73,5 m2
                     136
  • Setara dengan jarak tanam : 8 m x 9,2 m pada areal datar.
Karena bentuk areal tidak datar yang dipakai sebagai pedoman adalah luas areal tiap pokok harus tetap yaitu : +/- 73,5 m2. Jarak kontur bervariasi sesuai dengan kemiringan lereng sehingga jarak tanaman juga bervariasi.Luas cakupan areal untuk tiap tanam kira-kira berbentuk mendekati jajaran genjang dengan jarak tinggi adalah jarak kontur dan alas jajaran genjang merupakan jarak antar tanamaqn dalam kontur. : Luas cakupan tanaman = luas jajaran genjang = alas x tinggi.

A.   Memancang

      1.  Persiapan
  • Pemancangan dilakukan setelah selesai pembukaan lahan
  • Norma kebutuhan tenaga : 6 HK/ha
  • Pedoman arah barisan adalah U- S
Pemancangan dilakukan sesuai dengan jarak tanamnya (sistim segi tiga samasisi) . Jarak antar barisan tanaman dan jumlah populasi per ha dilihat
Jarak Antar Barisan Dan Populasi
Jarak Tanam
( m )
Jarak Antar Barisan
( m )
Jumlah Pohon/ ha
Keterangan ( Untuk Menanam Bahan Tanaman )
9,0
7,80
143
Berpelepah pendek
9,4
8,14
130
Batang besar, pelepah panjang
9,5
8,22
128
Batang besar, pelepah panjang

  • Jarak antar barisan = 0,86 x jarak tanam.
  • Bahan / alat pancang : pancang tanaman dibuat dari bambu kecil panjang 1 meter, pancang kepala panjang 2,5 m di cat bagian atasnya.
  • Kawat diameter 2 – 3 mm sebanyak 2 utas masing – masing sepanjang 100 M  Tiap – tiap kawat diberi tanda sebagai berikut.
  1. Kawat I : Diberi tanda tiap jarak tanam ( cnth 9 m ); ujung ditambah 4,5 meter untuk mengukur jarak pancang hidup & mati.
  2. Kawat II : Diberi tanda jarak baris yaitu tiap 7,8 m.
    2. Cara memancang

      a. Pada Areal Datar
  • Dimulai dari luasan 1 ha terlebih dahulu ( pancang hektaran ) ukuran 100 x 100 m.   Contoh : Jarak tanam 9,0 segitiga samasisi ( 9 x 7,80 m )
    • Tentukan titik awal A berjarak 1.95 M (1/4 X7.80 M ) dan 2.25 m (1/4 x9.0 m ) dari pinggir areal dengan pancang kepala. Titik A sebagai awal pancang hidup.
    • Kawat I ; direntangkan U – S secara lurus dari titik A. Pada tiap titik 9 m ditancapkan pancang kepala. Perentangan dibantu dengan kompas.
    • Kawat II ; direntangkan arah Barat – Timur. Pada tiap jarak antar baris 7,8 m ditancapkan pancang kepala No ganjil pancang hidup , no genap pancangan mati.
    • Kemudian kawat I digeser sejauh 7,8 m sejajar dengan barisan ke arah Barat / Timur . Tancapkan pancang pada 4,5 ( pancang mati ) dari B 1 kemudian tiap 9 meter.
    • Kawat I digeser lagi pada posisi B2 pada tanda pancangan hidup 9 meter. Buat seterusnya sampai 10 barisan.
    • Pada saat menanamkan pancang harus selalu dilihat lurus kesemua jurusan ( mata lima).
    • Bila pemancangan pada areal 1 ha ini sudah selesai maka dapat dilanjutkan untuk memancang seluruh areal
  • Tim pemancang ; 1 tim terdiri dari atas 5 orang :
    • Peneropong 1 orang
    • Penarik tali 2 orang
    • Pemancang 1 orang         .
    • Pembawa pancang 1 orang
      b. Pada Areal Miring Teras Kontur
  • Jarak kontur; seperti telah disampaikan pada "Pembukaan Areal"
  • Titik tanam dalam barisan kontur diusahakan sama dengan jarak tanam sistim segi tiga sama sisi.
B. Kacangan Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman  kerusakan oleh  erosi dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.

Tanaman penutup tanah berperan:
  • menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah,
  • menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh.
  • melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Osche et al, 1961):
  • mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji,
  • mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi,
  • tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun,
  • toleransi terhadap pemangkasan,
  • resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan,
  • mampu menekan pertumbuhan gulma,
  • mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya,
  • sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan
  • tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.
   1. Jenis – jenis kacangan :
  • Pueraria javanica ( PJ )
  • Centrocema pubescens ( CP )
  • Calopogonium mucunoides ( CM )
  • Calopogonium caeruleum ( CC )
  • Peuraria phaseoloides ( PP )
Umumnya digunakan secara campuran ; perbandingan campuran untuk kebutuhan per ha sbb  :
  • 3 kg PJ + 5 kg CM = 8 kg
  • 3 kg PJ + 3 kg CM + 4 kg CP = 10 kg
  • 3 kg PJ +5 kg CM stek CC 1250 polibag
  • 1 kg CC + 3 kg PJ = 4 kg
  • 3 kg PJ + 8 kg CP =11 kg
  • 1 kg CC + 8 kg CP = 9 kg
  • 2 kg PJ + 1 kg CP + 2 kg CM = 5 kg
   2. Penanaman Kacangan
  • Benih kacangan dionokulasi dengan Rhyzobium. Tiap 10 – 15 kg benih + air 250 cc + 1 bungkus rhyzobium, diaduk rata di tempat teduh dan dikering anginkan. Norma kerja 4 – 6 hk/ha.
  • Kacangan ditanam pada jalur / larikan yaitu didalam gawangan. Arah sejajar dengan baris U – S. Waktu menanam kacangan dicampur pupuk RP 10-15 kg/ha.
  • Penanaman dengan cara campuran atau tiap larikan hanya terdiri dari 1 jenis kacangan saja. Larikan dibuat paliran ataupun ditugal tiap jarak 15 cm.
  • Pemupukan larikan 125 kg RP/ha.
  • Secara normal diperlukan waktu 4-6 bln agar kacangan 100 % menutup areal.
Mengingat persoalan penanaman kacangan adalah salah suatu produk bagaimana membangun perkebunan kelapa sawit, dan karena keterbatasan halaman, maka untuk lebih jelasnya soal kacangan dapat di donload di link berikut :
 C. Lubang Tanam
  • Dibuat  ± 1 minggu sebelum tanam.
  • Ukuran lubang 60 x 40 x 60 cm (lebar atas,bawah dan kedalaman )
  • Prestasi kerja 20 – 30 st/HK.
  • Cara membuat lubang :
    • Dibuat garis dengan cangkul 60 x 60 cm (bujur sangkar) pada permukaan tanah titik pusatnya pancang yang sudah ada.
    • Kemudian tanah digali ukuran 60 x 40 x 60 cm
    • Untuk memperoleh ukuran yang tepat dibantu dengan mal/pola dari kayu dan papan
    • Lapisan atas tanah galian dipisahkan dengan lapisan yang bawah.
    • Selesai membuat lubang pancang dikembalikan ke tempat semula.
D. Persiapan Bibit
  • umur bibit adalah 9 – 12 bulan di pembibitan utama.
  • 1 – 2 minggu sebelum tanaman bibit diputar terlebih dahulu untuk melepaskan akar yang sudah masuk ke tanah. Kebutuhan norma 100 bbt/HK
  • Lakukan seleksi tahap akhir sesuai dengan pedoman/standar. Kebutuhan norma 100 bbt/HK
  • Kumpulkan bibit sehat dan normal tiap 100 – 200 bibit. 
  • Untuk bibit tua daunnya dipangkas dengan ketinggian 1 – 1,5 m dari pangkal pelepah, bentuk kerucut dengan kemiringan 30 – 45ยบ
  • Untuk seluruh perluasan, konversi dan peremajaan hanya dibenarkan menanam bibit minimal berumur 6-8bulan dalam kantong plastik besar atau 10-12 bulan terhitung dari sejak ditanam baby bags.
  • Untuk sisipan hanya dibenarkan pemakaian bibit yang berumur lebih tua, yakni minimum berumur 12 bulan dalam kantong besar atau 16-17 bulan sejak ditanam dalam babybags.
  • Pada pagi hari sebelum diangkat kelapangan, bibit harus disiram berat dengan air dan diberi dan diberi Temik 10 gr per polybag.
  • Selama pengangkutan, baik dari bibitan ke alat transport maupun dan yang terakhir ini kelapangan, bibitan jangan sekali-kali dipegang pada lehernya melainnkan harus diangkat pada dasar kantong.
E.  Pengangkutan

Persiapan penanaman dilapangan perlu dilakukan dengan membentuk beberapa tim yang terpisah untuk melakuakan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
  • Pemuatan bibit keatas kendaraan (dipembibitan).
  • Pembongkaran bibit pada setiap rintis yang ditentukan.
  • Pengeceran (pendistribusian) bibit ketitik tanam.
  • Pembuiatan lubang tanam dan pemberian pupuk dasar.
  • Penanaman kelapa sawit.
Penanaman kelapa sawit pada areal seluas 2.000 ha dilakukan dalam 5 bulan atau 125 hari bekerja (seratus hari efektif atau 20 ha/hari). Penanaman seluas 20 ha/hari memerlukan sarana transportasi bibit, berupa 7 unit truk dengan kapasitas angkut 100 bibit/trip yang beroperasi minimum 4 trip/hari.

Asisten (staf) yang bertanggung jawab terhadap penanaman dilapangan harus membuat tanda-tanda dimana lokasi pembongkaran bibit. Lokasi pembongkaran ini dibuat pada ujung setiap rintis dan harus jelas berapa jumlah bibit yang diturunkan pada setiap titik pembongkaran.

Diperlukan 2-3 orang tenaga kerja untuk membongkar bibit, yaitu 1 orang dikendaraan dan 1-2 orang menyusun bibit ditanah. Setiap pengiriman bibit kelapangan sudah termasuk pengiriman pupuk pospat (Rp atau TSP) dan CRF Meister dalam kantong-kantong yang diikatkan pada setiap bibit. Dosis rekomondasi untuk pemupukan lubang tanam ini yaitu 125 g TSP/bibit dan 300 g Meister/bibit.

Pengeceran bibit dari lokasi pembongkaran ketitik tanam dapat mencapai 125 bibit/HK. Dengan jarak pengangkutan bibit kedalam blok maksimum 150 m (atau 300 m pulang pergi) ditambah dengan 10-15% waktu untuk meloncati batng-batng melintang maka rata-rata jarak yang ditempuh untuk pengeceran setiap bibit sekitar 195 m. Jika setiap tukang ecer bibit membawa 1 bibit dengan kecepatan jalan 3-4 km/jam maka dalam satu hari kerja (7jam) dapat diecer sekitar 125 bibit/HK, untuk memgecer 2.720 bibit (20 ha) per hari, dibutuhkan 22 orang. Pembongkaran dan pengeceran bibit ke dalam blok perlu diawasi oleh seorang mandor. Selam pengangkutan dan pengeceran kedalam blok, bibit harus diangkat pada dasar kantongnya.

Pengangkutan harus dilakukan pada bola tanahnya secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan bibit. Pengangkatan sebaiknya tidak dilakukan pada leher akarnya karena bisa menyebabkan bibit ”patah pinggang”. Bibit harus diangkat dalam keadaan berdiri dan bagian bawah ditopang dengan bahu. Saat meletakan bibit di sisi lubang, harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan dibanting. 

Persyaratan umum
  • Pagi hari sebelum diangkat ke lapangan, bibit disirami.
  • Bibit yang baik dan normal (sesuai standart) diangkut dengan truk. 1 truck ± 100 bbt/HK.
  • Sampai dilokasi, diturunkan dibeberapa tempat (titik ecer) sesuai kebutuhan.
  • Regu pengecer membawa bibit ketitik pancang, ingat cara mengangkat jangan dipegang lehernya tapi diangkat pada dasar polibag. Norma kerja 50 bbt/HK.
F. PERSIAPAN PENANAMAN
  1. Lubang tanam minimal 6 bulan setelah disisapkan untuk mengurangi keasaman tanah.
  2. Bibit harus setiap hari tanam ditransport kelapangan dan untuk pekerjaan tersebut harus kontinue agar pekerjaan menanam dapat berlangsung terus sepanjang keadaan curah hujan memungkinkan. Khusus untuk kebun-kebun yang berada di Aceh Barat dan Selatan pekerjaan menanam dapat berlangsung sepanjang tahun relatip tinggi (4000 mm per tahun ) kecuali musim kemarau bulan Juli/Agustus.
  3. Lubang tanam harus ditimbun terlebih dahulu sebelum ditanami dan dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak. Waktu menimbun harus diperhatikan agar sub soil tetap berada dibagian gawah dan harus bebas dari rerumputan, sampah-sampah serta akar-akar.
  4. Agar penanaman jangan terlalu dalam, maka alat kontrol sewaktu menimbun lubang pertama digunakan bambu atau besi beton 3/8 ”.
  5. Setelah tinggi/bola tanah/putaran bibitan (35 cm) sesuai dengan sisa dalamnya lobang/setelah ditimbun pertama maka kantong plastik dikoyak dengan pisau cukur atau pisau tajam lalu bibitnya lalu bibitnya diletakan dengan hati-hati kedalam lubang tanam.
  6. Sebelum ditimbun terlebih dahulu perhatikan/disesuaikan dulu bibit tersebut dengan barisan tanaman dan untuk ini perlu/mutlak harus di senter kearah tiga jurusan.
  7. Apabila posisi/duduknya telah sesuai/cocok, maka lubang mulai ditimbun sekeliling bibit dengan tanah bekas galian lubang tanam tersebut lebih kurang setengah, kemudian diinjak-injak sampai padat. Perlu diawasi agar bola tanahnya jangan terinjak supanya jangan sampai pecah dan terjadi patah pinggang. Untuk mencegah patah pinggang tersebut, maka sewaktu transport bibit harus hati-hati.
  8. Kemudian lubang tanam dipenuhi dengan tanah bekas galian dan di injak-injak sampai padat sehingga timbunan tanah tersebut persis pada leher akar dan tanaman betul-betul kuat berdiri.
  9. Pada areal yang baru ditanam doyong/miring apabila terjadi angin kencang atau hujan lebat, untuk mengatasi ini perlu dipasang kaki tiga (tripoda)untuk menyokong tanaman tersebut. Selanjutnya harus ada kontrol perbaikan (pengukuhan) pokok-pokok donyong tersebut secara rutin.
  10. Piringan harus dibuka 1.8 – 2.0 meter dan selalu dalam keadaan bersih.
G. Menanam

Sehari sebelum penanaman, bibit sudah diecer kedalam blok bersama-sama dengan kantong yang berisi 150 g pupuk TSP dan 300 g pupuk Meister. Pemberian pupuk pospat pada dasar dinding lubang tanam dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan akar. Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam harus ditimbun dengan lapisan tanah bawah dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak, supaya penanamn bibit jangan terlalu dalam (terbenam) maka ketinggian tanah sewaktu penimbunan pertama ini harus dikontrol agar kedalamannya harus tersisa 35 cm lagi. Pengontrolan dapat dilakukan dengan bambu atau besi beton berdiameter 3/8” dengan panjang 35 cm.

Setelah lubang tanam ditimbun dan kedalamannya tinggal sekitar 35 cm (sesuai tinggi tanah dalam polybag), kantong plastik dikoyak dengan pisau, kemudian diletakan hati-hati dalam lubang. Sebelum ditimbun, possisi bibit harus diatur (di”senter”) sehingga daunnya menghadap kearah tiga jurusan (sistem matalima).

Penimbunan likakukan dengan lapisan tanah atas dan injak-injak sampai padat sehingga timbunan tanah tersebut persis sejajar dengan leher akar dan tanaman dapat berdiri tegak. Perlu diperhatikan, agar bola tanah bibit jangan sampai terinjak (pecah) sehingga dapat terjadi ”patah pinggang”. Norma prestasi menanam berkisar 20-30 pokok/HK.

Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit sebagai berikut:
  • Bibit ditanam terlalu dalam.
  • Bibit ditanam terlalu tinggi.
  • Bibit ditanam miring/tidak tegak.
  • Tanah pada large bag (bola tanah) dipecah dan dibuang.
  • Large bag dipotong dan ditiggal didalam lubang.
  • Large bag tidak dibuka sebelum tanam.
 Alternatif Lain

  • Periksa kembali kedalaman lubang dibandingkan dengan tinggi polibag bibit, sesuai dengan cara menimbun/menggali lagi. Norma 15-20 bibit/hk.
  • Taburkan pupuk RP 500 gr atau TSP 400 gr,1/2 dosis terlebih dahulu.   
  • Bibit dimiringkan, alas polibagnya disayat keliling dan ditarik.
  • Bibit diturunkan ke dasar lubang, letaknya diserasikan dengan barisan tanaman.
  • Sisi polibag kiri dan kanan disayat dari bawah ke atas, jangan dicabut dulu.
  • Masukan tanah lapisan atas terlebih dahulu, sampai bola tanah tidaK goyang lagi, kemudian polibag ditarik pelan-pelan sambil tanah terus diisi sedikit demi sedikit sampai penuh/rata permukaannya.
  • Kemudian didapatkan dengan diinjak-injak, sambil diperhatikan posisi bibit harus mata lima kesemua jurusan.
  • Piringan dibuat keliling dengan diameter 1,0 meter.
  • Sisa pupuk (1/2 dosis ) ditabur secara merata di piringan.
  • Tancapkan pancang disisi tanaman dan bekas polibagnya diujung pancang.
  • Sawit yang ditanam pada lembah yang curam seringkali mengalamai etiolasi. Untuk itu titik tanam awal berjarak horizontal 9 m dari pohon terakhir yang ditanam di tebing dan jarak selanjutnya mengikuti ketentuan standar.
  • Bila titik tanam jatuh pada jalan atau parit, maka harus dipindahkan minimal 1,5 m dari pinggir jalan atau parit, dengan mempertimbangkan jarak pohon sawit yang berdekatan minimal 6 meter.
                                     Tabel Jarak Antar Tanaman
Jarak Tanam
( m )
Jarak Antar
Barisan ( m )
Jumlah
Pohon/Ha
Keterangan (untuk Menanam
Bahan Tanaman )
9,0
7,80
143
Berpelepah pendek
9,4
8,14
130
Batang besar,pelepah panjang
9,5
8,22
128
Batang besar,pelepah panjang

H. Peta Tanaman
  • Setelah 1 – 2 minggu selesai menanam, dibuat peta tanaman/Raystaat.
  • Norma tenaga kerja 1 HK/blok
  • Alat : 
    • Formulir dengan sistim tanaman segitiga samasisi/chart well.
    • Alat tulis.
  • Cara : 
    • Pemetaan dilakukan blok per blok.
    • Dimulai dari sudut blok, petugas pemetaan berjalan ditengah gawangan.
    • Petakan dan beri tanda pada formulir, dengan tanda :
    • 0 : tanaman ada.
    • = : Pancang tak ditanam karena parit/lain-lain.
    • Setelah selesai, 1 gawangan dibatas ujung blok petugas melanjutkan pemetaan dengan arah berbalik dan tetap memetakan gawangan per gawangan.
    • Demikian seterusnya sampai selesai.
    • Peta di check kembali 1 kali/tahun untuk inventarisasi tanaman.
I. Patok Blok
  • Tiap – tiap blok di beri tanda batas blok dengan blok kayu atau beton bertulang.
  • Patok ditempatkan pada 4 sudut blok.
  • Informasi yang ditulis pada patok adalah :
                             No blok                      :
                       Tahun Tanam                  :
                       Luas Areal                       :             ha
                       Bahan Tanaman              :                                                     
  • Penomoran blok ditulis warna putih dengan latar belakang merah
  • Nama bahan tanaman :
  1.         M        : Marihat               LS       : Lonsum
  2.         SC      : Socfindo              D        : Dami
  3.         DM     : Dami Mas            ASD    : Costa Rica
  4.         TC      : Kultur Jaringan        
 J. Konsolidasi pokok doyong dan penyisipan.

Perawatan yang perlu dilakukan pada tanaman yang baru ditanam dilapangan hanya sedikit, disamping pekerjaan rutin. Pekerjaan rutin yang dimaksud yaitu pengendalian gulma, pemupukan dan ablasi (pembuangan infloressen bunga dan tandan buah yang masih muda).

Pekerjaan konsolidasi (menegakan pokok doyong hanya dilakukan 1 rotasi (setelah 1 minggu penanaman), bahjan tidak perlu dilakukan  kecuali jika angin kencang dan hujan lebat setelah penanaman dilapangan. Terlalu sering melakun konsolidasi pokok dapat menyebabkan stagnasi karena akar yang baru terbentuk akan mudah rusak. Untuk mengatasi hal ini perlu dipasang kaki tiga (tripoda) untuk menyokong tanaman tersebut. Selanjutnya harus ada kontrol dan pengukuhan pokok-pokok doyong tersebut secara rutin.

Penyisipan merupakan suatu pekerjaan penting diperkebunan kelapa sawit supaya semua titik tanam hidup dan menghasilkan produksi per ha yang maksimal serta menekan pertumbuhan lalang dan gulma lainnya. Penyisipan harus dilakukan sedini mungkin, penyisipan yang terlambat akan menjadi sia-sia karena tanaman sisipan tersebut tidak dapat mengejar pertunbuhan tanaman awal. Pekerjaan awal sisipan yang terpenting yaitu sensus dan identifikasi pokok.

Prinsip palaksanaan teknis (bibit dan tanaman) penyisipan sama dengan pekerjaan penanaman, namun perencanaan, persiapan dan penguasaan teknisnya perlu lebih teliti karena pekerjaan ini mempunyai resiko kegagalan yang fatal, Sisipan sebenarnya merupakan inventasi ulang akibat kegagalan pekerjaan awal penanaman (rework). Olehkarena itu, penyisipan yang dilaksanakan harus menjamin kelangsungan hidup tanaman sampai dengan berproduksi.

Penyisipan pengganti pokok-pokok abnormal atau mati harus dilakukan pada saat TBM dan sudah selesai pada akhir tanhu ke 1 dan harus dipelihara secara intensif. Bibit yang ditanam untuk tanaman yang baru sebaiknya menggunakan bibit yang seumur dengan tanaman yang disisip. Pokok sisipan ditanam pada bekas tanaman yang sudah dibongkar supaya bariasan tanaman tetap lurus.

Waktu penyisipan sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan dan melakukan dengan mengantisipasi serangan hama dan panyakit yang mungkin terjadi. Penyisipan umumnya sudah harus selesai dilakukan 1 tahun setelah penanaman. Jumlah tanaman yang harus disisipkan dapat beragam karena kondisi cuaca dan cara penanaman, tetapi pada penanaman yang baik biasa tidak lebih dari 25%.  Penyisipan termasuk menganti pokok yang mati dan pokok pokok abnormal yang ”lolos” dari seleksi di pembibitan.

II.    Penanaman Kelapa Sawit di Tanah Gambut

      Persiapan Penanaman di Tanah Gambut
  • Drainase harus dibuat sesuai dengan kebutuhan
  • Setelah drainase dibuat, sebaiknya areal dibiarkan minimal 6 bulan agar tanah mengalami penurunan dan pemadatan secara alami
  • Pemadatan tanah pada jalur tanam dapat dilakukan secara mekanis minimal 2 kali (dengan cara dilindas bolak-balik) dilewati excavator PC 100 atau PC 200 tergantung kedalaman dan kematangan gambut    
      Lubang Tanam Di Tanah Gambut
  • Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah tanah pada jalur tanam dipadatkan. Lubang tanam dibuat secara mekanis dengan Preplant Compactor :
    • Preplant Comapactor dipasang pada lengan excavator sebagai pengganti bucket excavator
    • Preplant compactor diarahkan tepat pada titik tanam
    • Pancang titik tanam menjadi as dari lubang titik tanam yang akan dibuat
    • Setelah arah preplant compactor tepat pada titik tanam, lengan excavator menekan preplant compactor tersebut sampai seluruhnya masuk ke dalam tanah, kemudian di tarik kembali sehingga terbentuk lubang tanam sesuai dengan ukuran yang diinginkan
    • Pada saat excavator membuat lubang tanam, kegiatan ini juga berfungsi untuk memadatkan jakur panen.
  • Penanaman di areal yang tidak terlalu luas atau terpencar, pembuatan lubang dapat dilakukan secara manual dengan sistem lubang di dalam lubang (hole in hole)
  • Tahap awal dibuat lubang dengan ukuran 120 cm x 100 cm x kedalaman 30 cm
  • Pada bagian tengah lubang tanam dengan ukuran yang normal 60 cm x 60 cm x 40 cm